Sharing Session bersama Alumni HI UMY tahun 1991 : Lalu Muhammad Iqbal

Pada hari Sabtu 4 Mei 2019 Prodi HI UMY mengadakan Sharing Session bersama Alumni HI UMY tahun 1991, Lalu Muhammad Iqbal. Beliau dilantik oleh Presiden RI Joko Widodo untuk menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Ankara, Turki pada 7 Januari lalu.  Sharing session ini bertujuan untuk memberikan wawasan baru bagi mahasiswa Hubungan Internasional terhadap dunia kerja khususnya  dunia diplomat  yang akan dihadapi dengan berbeda tiap individu. Selain itu hal ini merupakan wujud nyata dari  kontribusi alumni untuk membagi pengalaman serta memberikan masukan bagi kampusnya sendiri. Bertempat di ruang Simulasi Sidang ASEAN kegiatan ini bersifat terbuka bagi seluruh civitas akademika HI UMY.

Adapun rangkaian acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua Prodi Hubungan Internasional UMY Dr. Nur Azizah, M.Si kemudian dilanjutkan intermezzo serta sesi Sharring Session yang langsung diserahkan kepada Bapak Lalu Muhammad Iqbal. Dalam sesi Sharing Session kali ini beliau menjelaskan bahwa pengangkatan sebagai duta besar merupakan hak prerogatif seorang presiden. Adapun beberapa lembaga mendelegasikan beberapa orang untuk dijadikan sebagai  duta besar perwakilan dari lembaga tersebut, salah satunya beliau yang merupakan perwakilan dari Muhammadiyah. Selanjutnya beliau juga memaparkan betapa pentingnya melahirkan lulusan lulusan diplomat yang memiliki pengetahuan mumpuni mengenai dunia Islam. “Dunia diplomat itu sangat sekuler, sangat liberal” ungkap Lalu Muhammad Iqbal. Bahwa kebutuhan terkait hal ini sangat dibutuhkan di Indonesia, disebabkan kebanyakan lulusan lulusan perguruan tinggi yang menjadi diplomat masih minim akan sensitivitas mengenai Islam itu sendiri, padahal sebagai seorang diplomat mereka adalah representatif Indonesia yang merupakan negara dengan penganut agama Islam terbanyak di dunia.

 

Tidak hanya itu beliau juga banyak membagikan pengalamannya sewaktu menjadi mahasiswa HI UMY. Banyak suka maupun duka salah satu diantaranya mengenai kesulitan yang dihadapi beliau semasa menjadi mahasiswa. Dimana salah satu faktor kesulitan itu didapat dari rezim yang berkuasa tidak memberikan kebebasan mahasiswa saat itu untuk memiliki cita cita serta tujuan selepas kuliah. Beliau menilai hingga saat ini masih banyak lulusan lulusan S1 yang belum mengetahui apa cita cita atau tujuan yang ingin dicapai, maka dari itu beliau menekankan pentingnya kita sebagai lulusan S1 untuk memiliki cita cita serta tujuan. Bukan hanya sekedar lulus kuliah saja lalu mendapat pekerjaan dan penghasilan. Ada nilai yang harus kita capai dalam menjalani hidup ini.

Keseluruhan acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab sekaligus foto bersama antara pembicara serta peserta.  (kny)