Tak Paham Perdamaian, Generasi Muda Gampang Terprovokasi

Dalam konteks nasional dan regional Indonesia memiliki beberapa konflik antar agama. Dalam dua dekade Indonesia juga telah menghadapi isu terorisme yang disebabkan oleh peningkatan gerakan Islam radikal. Selain konflik agama, menurut data dari komisi perlindungan anak Indonesia ada 780,000 kasus kekerasan setiap tahun terjadi di sekolah-sekolah Indonesia.

“Kami melihat, konflik-konflik yang terjadi dikarenakan ketidaktahuan akan konflik dan perdamaian, hal ini didukung tidak adanya pendidikan terkait perdamaian sedari dini. Terutama untuk para anak muda yang seharusnya adalah agent of change,” kata Founder Peace Generation, Irfan Amalee dalam acara ‘International Seminar on International Youth Festival’ dengan topic ‘Emerging Unity of Youth to Pursue World Peace’ di Gedung Pascasarjana, Amphitheatre Lantai 4, Kampus Terpadu UMY, Senin (15/05/2017).

Peace Generation didirikan pada tahun 2007, oleh dua orang dari latar belakang yang sangat berbeda yakni Irfan Amalee (Muslim Indonesia), dan Eric Lincoln (Kristen Amerika), dengan tujuan utama ikut berperan penting dalam mempromosikan perdamaian melalui sarana media kreatif. Meski memiliki latar belakang yang berbeda, Irfan dan Eric dengan semangatnya terus mencoba menjembatani celah antara serta peluang konflik, lewat pemanfaatan generasi muda, yang dianggap memiliki peran krusial.

“Peran generasi muda dalam penyebaran kedamaian sangat besar. Maka dari itu kami sepakat untuk ikut berkontribusi dengan membuat modul pendidikan kedamaian yang kami berikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia, yang kemudian dapat dibagi kepada para siswanya,” tandasnya.

Ada banyak kegiatan yang coba dilakukan oleh Peace Foundation dalam menyebarkan pengetahuan terkait perdamaian, mulai dari Peace School, dimana mereka akan datang dan berbagi di sekolah, kemudian ada Peace Santren, salah satu kegiatan unggulan yang dilaksanakan setiap bulan ramadhan.

“Semangat anak muda sangatlah besar, namun memang disayangkan dikarenakan lemahnya pengetahuan sehingga terkadang mereka gampang terprovokasi. Kami ingin semangat mereka tidak tersalahgunakan,” ucap Irfan.

Sampai sekarang, Peace Generation dengan programnya sudah tersebar dari Aceh – Makassar. Tak hanya di dalam negeri, sejak 2014 sudah dibuka cabang Filipina, kemudian ada Thailand yang disusul cabang Malaysia 2017 ini. Terhitung lebih dari 5000 guru yang sudah di training terkait dengan materi perdamaian, dan tak kurang dari 30.000 siswa yang diprediksi bias mendapatkan pendidikan perdamaian di sekolah-sekolah. (Muhammad Reza Amba)